Teknologi Produksi Kedelai

.

Teknologi Produksi Kedelai

Lahan Sawah, Lahan Kering, Lahan Pasang Surut, Lahan Salin

Teknologi Produksi Kedelai di Berbagai Ekosistem

Varietas dan Benih Unggul

Varietas Unggul

  • Saat ini tersedia banyak pilihan varietas yang memiliki beragam sifat dan keunggulan: ukuran biji kecil hingga besar, kulit biji kuning atau hitam, ketahanan terhadap hama/penyakit tertentu, dan toleran terhadap kondisi lahan.
  • Pilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat dan disukai oleh pasar.
  • Dengan teknik budidaya yang tepat, semua varietas unggul dapat menghasilkan dengan baik di lahan sawah, lahan kering maupun pasang surut.

Benih

  • Benih harus sehat, bernas, dan daya tumbuh minimal 85%, serta tidak banyak campuran.
  • Bila mungkin, gunakan benih berlabel dari penangkar benih. Apabila menggunakan benih sendiri, sebaiknya benih diambil  dari pertanaman yang seragam (tidak campur), cukup umur, dan diproses dengan baik.
  • Di daerah endemik serangan lalat bibit, benih perlu diberi perlakuan benih (sedd treatment) sebelum ditanam, yakni diberi insektisida berbahan aktif karbosulfan (misalnya Marshal 25 ST) takaran 5-10 g/kg benih.
  • Kebutuhan benih bergantung pada ukuran benih dan jarak tanam yang digunakan. Untuk benih ukuran kecil sampai sedang (9-12 g/100 biji), diperlukan 40-50 kg/ha. Untuk benih ukuran besar (14-18 g/100 biji) dibutuhkan 55-70 kg/ha.

LAHAN SAWAH

Penyiapan Lahan

  • Tanah bekas pertanaman padi tidak perlu diolah (sistem tanpa olah tanam = TOT), namun jerami padi perlu dipotong pendek.
  • Saluran drainase/irigasi dibuat dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 20 cm setiap 3-4 m. Saluran ini berfungsi untuk mengurangi kelebihan air bila lahan terlalu becek, dan sebagai saluran irigasi pada saat tanaman perlu pengairan.
  • Pada kondisi curah hujan yang tinggi, saluran drainase perlu dibuat lebih rapat, yakni setiap 2 m.
  • Pada lahan yang baru pertama kali ditanami keelai, tanah benih perlu dicampur dengan rhizobium. Apabila tidak tersedia inokulan rhizobium ( seperti Rhizoplus atau Legin), dapat digunakan tanah bekas tanaman kedelai yang ditaburkan pada barisan tanaman.

Penanaman

  • Lubang tanam dibuat dengan cara tugal kedalaman 2-3 cm; jarak tanam 40 cm x 15 cm atau 30 cm atau 30 cm x 20 cm.
  • Benih kedelai ditanam dua biji per lubang, ditutup dengan tanah ringan atau abu.
  • Untuk menghindari kekurangan air dan gulma yang berat, sebaiknya kedelai ditanam tidak lebih dari 7 hari setelah tanaman padi dipanen.
  • Bila lahan tidak memungkinkan untuk ditanam secara tugal (misalnya tanah terlalu becek atau lembek), maka penanaman dapat dilakukan dengan cara larikan dengan jarak 40 cm, kemudian ditutup dengan jerami. Kerapatan benih dalam larikan diperkirakan sedemikian rupa sehingga jumlah benih per hektar tetap 40-50 kg/ha untuk biji kecil/sedang, dan 55-70 kg/ha untuk biji besar.

Pemupukan

  • Apabila menggunakan pupuk majemuk Phonska, maka takaran untuk lahan yang kurang subur adalah 200-300kg Phonska/ha, sedangkan untuk lahan yang subur adalah 100-150 kg Phonska/ha.
  • Pada sawah yang subur atau bekas padi yang dipupuk dengan dosis tinggi tidak perlu tambahan pupuk NPK. Sedangkan untuk sawah dengan kesuburan sedang dan rendah takaran pupuk tunggal yang digunakan adalah sebagai berikut.

Takaran pupuk organik dan anorganik untuk lahan subur dan kurang suburTakaran pupuk organik dan anorganik untuk lahan subur dan kurang subur

 

Pengguan mulsa jerami padi

  • Mulsa bermanfaat untuk mengurangi pertumbuhan gulma, menekan serangan lalat bibit, dan menahan kehilangan air tanah. Dengan mulsa penyiangan cukup dilakukan satu kali, yakni sebelum tanaman berbunga.
  • Jerami dapat digunakan sebagai mulsa dengan cara dihamparkan merata, ketebalan < 10 cm.
  • Untuk daerah yang tidak banyak gangguan gulma dan tidak berpotensi terjadi kebakaran, maka jerami boleh dibakar sebagai sumber pupuk K.
  • Dengan pembakaran jerami segera setelah kedelai ditanam dalam luang tugal dan ditutup tanah, apabila dilakukan dengan tepat maka pertumbuhan awal akan lebih seragam.

Pengairan

  • Umumnya untuk budidaya kedelai di lahan sawah tidak perlu pengairan, tetapi tanman kedelai sangat peka terhadap kekurangan air pada awal pertumbuhan, pada umur 15-21 hari, saat berbunga (umur 28-37 hari), dan saat pengisian polong (umur 55-70 hari). Pada fase-fase tersebut tanaman harus dijaga agar tidak kekurangan air.

LAHAN KERING

Penyiangan Lahan

  • Pengolahan tanah dilakukan 1-2 kali (tergantung kondisi tanah)
  • Jika curah hujan cukup tinggi dan berpotensi tergenang, maka perlu dibuat saluran drainase setiap 3-4 meter, sedalam 20-25 cm, sepanjang petakan.
  • Pada lahan yang baru pertama kali ditanami kedelai, benih perlu dicampur dengan rhizobium. Apabila tidak tersedia inokulum rhizobium (seperti Rhizoplus atau legin), dapat digunakan tanah bekas pertanaman kedelai yang ditaburkan pada barisan tanaman kedelai.

Penanaman

  • Lubang tanam dibuat dengan cara tugal kedalaman 2-3 cm; Jarak tanam 40 cm x 15 cm.
  • Benih kedelai ditanam dua biji per lubang, ditutup dengan tanah ringan atau abu.

Pemberian Kapur

  • Kapur atau dolomit perlu diberikan untuk tanah-tanah yang masam. Dolomit selain meningkatkan pH, juga menambah kandungan Ca dan Mg.
  • Takaran yang dianjurkan adalah 1/2 dari Al-dd (Aliminium yang dapat dipertukarkan); disebar rata bersamaan dengan pengolahan tanah atau paling lambat 2-7 hari sebelum tanam. Di berbagai daerah lahan masam takaran dolomit yang diperlukan umumnya 1-1,5 ton/ha.
  • Jika diaplikasikan dengan cara disebar sepanjang alur baris tanaman, maka takaran dolomit dapat dikurangi menjadi hanya 1/3 dari takaran semuala.
  • Jika dibarengi dengan pemberian pupuk kandang 2,5 ton/ha, takaran pengapuran cukup 1/4 dari Al-dd (500-750 kg dolomit/ha).

Pemupukan

  • Pupuk tunggal diberikan dengan takaran 75 kg Urea, 100 kg SP36 dan 100 Kg KCl per hektar, atau dapat juga diberikan 150-200 kg phonska/ha + 100 kg SP36/ha. Semua pupuk tersebut paling lambat diberikan pada saat tanaman umur 14 hari.

Pengendalian gulma

  • Penyiangan perlu dilakukan dua kali pada umur 15 dan 45 hari.
  • Pengendalian gulma secara kimia dengan herbisida dapat dilakukan sebelum pengolahan tanah. Herbisida dapat pula disemprotkan segera setelah tanam dengan syarat benih ditutup dengan tanah pada saat tanam dan herbisida yang digunakan adalah jenis kontak.
  • Bersamaan penyiangan pertama sebaiknya dilakukan pembubunan tanaman.

LAHAN PASANG SURUT TIPE C DAN D

Penyiapan Lahan

  • Setelah panen padi, jerami dibabat dan dikumpulkan, kemudian digunakan sebagai mulsa.
  • Lahan disemprot dengan herbisida.
  • Pada lahan yang pembuangan airnya sulit, dibuat saluran drainase setiap 3-4 m.

Penanaman

  • Gunakan varietas kedelai yang sesuai, misalnya Anjasmoro.
  • Untuk daerah endemik serangan lalat kacang, sebaiknya bebnih diberi perlakukan dengan insektisida berbahan aktif fipronil (misal regen) atau tiametoksan (misalnya cruiser) untuk mencegah serangan hama lalat kacang.
  • Cara tanam tugal dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, 2 biji/lubang.

Perbaikan Lahan (Ameliorasi Lahan)

  • Ameliorasi lahan dengan pupuk kandang dosisi 1 t/ha dan dolomit dosis 750 kg/ha. Sebelum diaplikasikan, pupuk kandang dicampur rata dengan dolomit.
  • Aplikasi dilakukan setelah tanam dengan cara disebar sepanjang barisan tanaman, sekaligus untuk menutup lubang tanaman.

Pemupukan

  • Dosisi pupuk 150 kg/ha Phonska + 50-100 kg SP36/ha. Pupuk-pupuk tersebut dicampur rata dan diaplikasikan saat tanaman berumur 15 hari dengan cara dilarik/disebar di samping  barisan tanaman dengan jarak 5-7 cm dari tanaman.
  • Setelah pupuk diaplikasikan, diupayakan pupuk dapat ditutup dengan tanah.

Penyiangan

  • Penyianagan dilakuakan dua kali. Penyiagan 1 dengan herbisida saat tanaman berumur 20 hari. Penyiangan II (jika diperlukan) dengan tenaga manusia saat tanaman berumur 40 - 45 hari.

LAHAN SALIN (KADAR GARAM TINGGI)

Penyiapan Lahan

  • Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya.
  • Tanah diolah ringan dengan bajak/rotari, atau tanpa olah tanah
  • Saluran drainase dibuat setiap  3 m.

Penanaman

  • Gunakan varietas kedelai yang sesuai untuk lahan salin, misalnya Anjasmoro atau calon Varietas unggul kedelai Dekar 13 (toleran salin hingga DHL tanah sekitar 15 dS/m).
  • Cara tanam tugal dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, 2-3 biji/lubang.

Perbaikan / Ameliorasi Lahan

  • Ameliorasi (perbaikan tanah) dilakukan dengan salah satu bahan sebagai berikut : a). 750 kg S/ha. b). 5 t/ha gipsum pertanian. c). 5 t/ha pupuk kandang, atau, d). 1,5 t/ha gipsum + 5 t/ha pupuk kandang.
  • Bahan Amelioran tersebut disebar merata saat pengolahan tanah atau setelah pengolahan tanah.

Mulsa Jerami

  • Gunakan mulsa jerami padi sebanyak 3,6 t/ha (bila tersedia). Pemulsaan mencegah peningkatan DHL tanah selama pertumbuhan tanaman.

Pempukan

  • Dosisi pupuk 75 kg Urea + 100 Kg SP36 + 50 kg KCl per ha (setara 200 kg Phonska + 25 kg SP36). Pupuk-pupuk tersebut dicampur rata dan diaplikasiakn saat tanaman berumur 15 hari dengan cara dilarik/disebar di samping barisan tanaman dengan jarak 5-7 cm dari tanaman.

Pengairan

Pengairan sesuai kebutuhan, Air dengan DHL 4,0 dS/m masih dapat digunakan untuk pengairan.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Pengendalian Hama

  • Hama utama pada tanaman kedelai berpotensi menyerang tanaman sejak umur < 10 hari sampai dengan panen dan pascapanen. Sebagian di antaranya sangat membahayakan pertanaman.
  • Penggunaan pestisida dilakukan berdasarkan hasil pemantauan, hanya digunakan bila populasi hama telah melebihi ambang kendali. Pestisida dipilih sesuai dengan hama sasaran, dan dipilih yang terdaftar/diijinkan.

Pengendalian penyakit

  • Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun Phakopsora pachyrhizi, busuk batang, dan akar Schierotium rolfsii dan berbagai penyakit yang disebabkan virus.
  • Penyakit karat daun dikendalikan dengan fungisida yang mengandung bahan aktif mancozeb.
  • Penyakit busuk batang dan akar dikendalikan menggunakan jamur antagonis Thrichoderma harzianum.
  • Untuk penyakit virus, dilakukan dengan mengendalikan vektornya (yaitu kutu) dengan insektisida deltametrin (seperti Decis 2,5 EC) dosis 1 ml/l air, dan nitroguanidin/imidakloprit (seperti Confidor) dosis 1 ml/l air.
  • Waktu pengendalian disesuaikan dengan kondisi di pertanaman, umumnya pada umur 45-50 hari.

PANEN DAN PASCAPANEN

  • Panen dilakukan apabila 95% polong pada batang utama telah berwarna kuning kecoklatan.
  • Panen dapat dimulai pada pukul 09:00 pagi, pada saat air embun sudah hilang.
  • Panen dilakukan dengan memotong pangkal batang dengan sabit. Hasil panenan ini segera dujemur beberapa hari kemudian dengan thresher atau pemukul (digebok)
  • Butir biji dipisahkan dari kototan/sisa kulit polong dan dijemurkembali hingga kadar air biji mencapai 12 % saat disimpan.
  • Untuk keperluan benih, biji kedelai perlu dikeringkan lagi hingga kadar air mencapai 8-10%, kemudian disimpan dalam kantong plastik tebal atau dua lapis kantong plastik tipis. Penyimpanan dapat juga menggunakan blek atau jerigen plastik.

 

Sumber :

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Jalan Raya Kendalpayak km. 8 Kotak Pos 66 Malang 65101. Tlp. 0341-801468, Fax. 0341-901496. email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it., This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. www.balitkabi.litbang.pertanian.go.id