Teknologi Produksi Benih Ubi Jalar

leaflet 2012 Teknologi Produksi Benih Ubi Jalar.

  1. Penyiapan Benih

    • Benih yang digunakan adalah varietas unggul yang telah dilepas dan mempunyai produktivitas tinggi serta mempunyai sifat agak tahan terhadap hama boleng atau Cylas formicarius dan penyakit kudis Spahaceloma batata
    • Stek pucuk diambil dari tanaman ubi jalar yang tumbuh sehat, normal dan sudah berumur dua bulan atau lebih
    • Potong stek pucuk sepanjang 20 -25 cm yang dilakukan pada pagi hari. Buang sebagian daun untuk mengurangi penguapan
    • Jika penanaman tidak selesai dalam waktu sehari, ikat tiap 100 stek dalam satu ikatan, lalu simpan dengan tidak bertumpuk di tempat teduh selama 1 - 3 hari.
  2. Penyiapan Lahan

    • Tanah diolah dan dibuat guludan dengan lebar 40-60 cm dan tinggi 30-40 cm. Jarak puncak guludan 80-100 cm.
    • Pada tanah berat (berlempung) perlu ditambah 10 ton bahan organik/ha
  3. Penanaman

    • Sebaiknya ubi jalar ditanam setelah padi yaitu pada akhir musim hujan hingga pertengahan musim kemarau.
    • Stek pucuk ditanam tegak atau miring dengan  2- 3 ruas yang dibenam ke dalam tanah atau gudulan dengan jarak dalam baris 20 -30 cm, populasi tanaman sekitar 33.000 - 50.000 tanaman / ha.
    • Dapat ditanam dengan system tumpangsari dengan tingkat naungan tidak lebih dari 30%.
    • Penyulaman stek yang mati dapat dilakukan pada umur 7 - 10 hari.
  4. Pemupukan

    • Takaran pupuk sebanyak 100 -200 kg urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl per hektar, akan lebih baik bila ditambahkan pupuk kandang yang diberikan bersamaan dengan pembuatan guludan.
    • 1/3 dosis Urea dan KCl serta seluruh SP36 diberikan pada 1 minggu setelah tanam. Sedangkan sisanya diberikan pada saat tanaman berumur 1,5 bulan.
  5. Pemeliharaan

    • Pemeliharaan benih ubi jalar lahan sawah perlu memanfaatkan jerami, dengan tujuan untuk meringankan penyiangan gulma.
    • Jika menggunakan mulsa tidak perlu dilakukan pembalikan batang. Kegiatan perbaikan guludan serta pembalikan batang bertujuan untuk mencegah munculnya akar dari ruas batang.
    • Penyiangan di lahan sawah dilakukan pada umur 1 bulan bersamaan dengan turun gulud. Naik gulud dilakukan pada umur 2 bulan bersamaan dengan penyiangan dan pemberian pupuk susulan.
  6. Pengairan

    • Pengairan dilakukan setiap 2-3 minggu atau minimal 3 kali selama masa pertumbuhan.
    • Pengairan yang cukup dapat memghindari tanaman ubi dan serangan hama boleng Cylas formicarius
  7. Pengendalian Hama

    • Hama utama adalah boleng Cylas formicarius, penggerek batang Omhisa anastomasalis serta nematoda Meloidogynne
    • Pengendalian hama secara terpadu dilakukan dengan menggunakan varietas yang agak tahan hama, penggunaan stek yang sehat, pemberian Furadan 3 G pada larikan 5 -7 cm dari basis tanaman, pengairan yang cukup dan rotasi tanaman.
  8. Pengendalian Penyakit

    • Penyakit utama yang menyerang ubi jalar adalah kudis (scab) yang disebabkan oleh cendawan Sphaceloma batatas atau Elsinoe batatas.
    • Patogen ini merupakan salah satu patogen penting di daerah tropik dan dapat menurunkan hasil hingga 30% pada varietas yang rentan terhadap penyakit kudis.
    • Pengendalian penyakit dilakukan dengan menggunakan bibit ubi jalar yang berasal dari stek bebas penyakit, melakukan perbanyakan bibit dengan umbi, menyempurnakan drainase pada musim penghujan, memangkas bagian tanaman yang sakit dan membakarnya.
  9. Panen dan Pascapanen

    • Ubi jalar dapat dipanen jika umbi sudah tua dan besar, dan dapat dilakukan serempak maupun bertahap.
    • Secara fisik ubi jalar siap dipanen apabila daun dan batang mulai menguning. DI dataran rendah, ubi jalar umumnya dipanen pada umur 3,5 - 4 bulan, sedangkan di dataran tinggi dipanen pada umur 6 - 8 bulan.
    • Sedapat mungkin hindarkan umbi dari luka atau memar saat dipanen.
    • Umbi hasil panen dikemas dalam bentuk ikatan (2 - 5 kg) atau dalam keranjang ( 2 - 10 kg).
  10. Standar Sertifikasi Benih Ubi Jalar

     Standar mutu Kelas Benih
    BS BD BP BR
    Isolasi jarak (min) meter 2 2 2 2
    Varietas lain/tipe simpang (%) 0,0 0,0 0,2 0,5
    Hama (boleng) % 0,5 1,0 3,0 5,0
    Penyakit kudis untuk stek (%) 0,0 1,0 3,0 5,0
    Masa berlaku label :        
    - Untuk umbi (bulanan) 2 2 2 2
    - Untuk stek (hari) 10 10 10 10
  11. Pasca Panen

Selain dikonsumsi langsung, ubi jalar dapat diolah menjadi produk antara dalam bentuk pati maupun tepung. Pati dibuat dengan mengekstrak umbi yang telah diparut. Tepung diperoleh dengan cara mencuci umbi, mengupas, mengiris, menjemur dan menghancurkan (menepungkan) lalu diayak.

produk ubi jalar

Varietas Unggul Ubi Jalar

No Varietas Umur (bulan) Potensi Hasil (Ton/ha) Keunggulan
1 Daya 4 23 Tahan kering daun
2 Borobudur 4 25 Tahan kudis
3 Prambanan 4-4,5 28 Tahan Kudis
4 Mendut 4 25 Adaptasi di lahan marginal
5 Kalasan 2,5-3,5 31,2-47,5 Tahan penggerek
6 Muara Takus 4-4,5 30-35 Tahan kudis
7 Cangkuang 4-4,5 30-31 Tahan kudis
8 Sewu 4-4,5 28,5-30 Tahan kudis
9 Cilembu 5-7 12-17 Tahan kudis, nilai ekonomi tinggi
10 Sari 3,5-4 30-35 Daging umbi kuning, rasa enak-manis, tahan boleng kudis
11 Kidal 4-4,5 25-30 Daging umbi kuning muda
12 Sukuh 4-4,5 25-30 Daging umbi putih, rasa enak, sangat baik untuk tepung & pati, tahan boleng, kudis
13 Jago 4-4,5 25-30 Daging umbi kuning muda, rasa enak, tahan kudis, boleng
14 Boko 4-4,5 25-30 Enak manis, toleran kudis
15 Shiroyutaka 4-4,5 25-30 Tahan kudis
16 Sawentar 4,5-6 25-30 Tahan kudis, toleran kekeringan
17 papua Patipi 4,5-6 26-33 Daging umbi kuning pucat, cocok untuk dataran tinggi
18 Papua Solosa 4,5-6 25-32 Daging umbi kuning tua, rasa enak, tahan boleng, tahan kudis, cocok untuk dataran tinggi
19 Kuningan putih 4,5-6 35 Agak tahan boleng, tahan kudis
20 Kuningan merah 4-6 40 Agak tahan boleng, tahan kudis
21 Beta 1 4-4,5 25-35 Daging umbi oranye tua, enak & manis, agak taha boleng dari kudis
22 Beta 2 4-4,5 28,6-34,7 Daging umbi oranye, enak, agak tahan boleng dan kudis
23 Antin 1 4-4,5 27 Warna umbi sembur ungu menarik, cocok untuk keripik, tahan boleng kudis, toleran kekeringan

 

Sumber  Leaflet 2012 Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Perbenihan 2012