Budidaya Kedelai
Teknologi Budidaya Kedelai
- Penyiapan Lahan
- Tanah bekas pertanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah = TOT).
- Salurandrainase/ irigasi dibuat dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 30 cm setiap 3-4 m. Saluran ini berfungsi untuk mengurangi kelebihan air bila lahan terlalu becek sekaligus sebagai saluran irigasi pada saat pengairan
- Penggunaan Benih Unggul
Saat ini telah tersedia varietas unggul baru kedelai yang sesuai untuk lahan sawah, antara lain Kaba, Sinabung, ijen, panderman, Grobogan, Burangran, Baleran, Anjasmara dll. Kebutuhan benih 2 5 - 3 0 kg / ha, tergantung ukuran biji.
- Penanaman
Benih kedelai ditanam dengan tugal pada sisi tung gul padi dengan kedalaman 1-2 cm. Jarak tanam 40 cm x 10-15 cm, 2-3 biji/lubang tanam dan sebaiknya ditanam tidak lebih dari 7 hari setelah panen padi . Hal ini dilakukan untuk mengejar kelembaban tanah.
- Pemupukan
- Pada sawah yang subur atau bekas padi yang dipupuk dengan dosis tinggi tidak perlu tambahan pupuk NPK
- Pada tanah Vertisol perlu dipupuk dengan 50 kg Urea, 50 kg SP36 dan 100-150 kg KCL/ha
- Pada tanah Entisol perlu dipupuk 50 kg Urea, 50 kg SP36 dan 50-756 kg KCL per hektar
- Pupuk anorganik dapat digantikan dengan pemberian 5-10 ton kotoran ayam per hektar
- Penggunaan mulsa jerami padi
- Pemberian mulsa jerami dapat menghambat tumbuhnya rumput sehingga, penyiangan cukup dilakukan satu kali, yakni sebelum tanaman berbunga
- Pada daerah yang selalu terancam (endemis) serangan lalat bibit, pemberian mulsa dapat menekan serangan lalat bibit
- Mulsa jerami sebanyak 5 ton/ha, dihamparkan merata, ketebalan < 10 cm
- Pengairan
- Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah awal pertumbuhan vegetatif pada umur 15-21 hari, saat berbunga (umur 25-35 hari) dan saat pengisian polong (umur 55-70 hari). Pada fase - fase tersebut tanaman harus diairi apabila hujan sudah tidak turun lagi.
- Pengendalian Hama
- Pengendalian hama sedapat mungkin menggunakan cara kultur teknis (budidaya), seperti penggunaan varietas tahan, pengolahan tanah, pemberian mulsa jerami, pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan, serta penanaman tanaman perangkap atau penolak.
- Pengendal ian secara biologi s antara lain dengan memanfaatkan musuh alami hama/penyakit seperti Trichogramma untuk penggerek polong (Etiella spp dan Helicoverpa armigera ; Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat grayak (Spodoptera litura)(SINPV) dan Helicoverpa armigera (HaNPV) untuk ulat buah, serta penggunaan sex feromon untuk mengendalikan ulat grayak
- Penggunaan pestisida dilakukan berdasarkan pemantauan. Pestisida yang dipilih harus yang efektif dan telah diizinkan.
- Pengendalian Penyakit
- Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun Phakopsora pacvhyrhizi, busuk batang, dan akar Schlerotium rolfsii dan berbagai penyakit yang disebabkan virus
- Pengendalian penyakit karat daun dengan fungisida mancozeb
- Penyakit busuk batang dan akar dikendalikan menggunakan jamur antagonis Thrichoderma harzianum
- Pengendalian virus dilakukan dengan mengendalikan vektornya yaitu serangga hama kutu dengan insektisida Decis 2.5 EC .
Pengendalian penyakit karat daun dengan fungsida mancozeb
- Waktu pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur 40, 50 dan 60 hari (tergantung tingkat serangan).
- Panen dan Pascapanen
- Panen dilakukan apabila 95 % polong kedelai telah berwarna kuning kecoklatan
- Panen dilakukan dengan memotong pangkal batang dengan sabit. Hindari pemanenan dengan cara mencabut tanaman.
- Hasil panen segera di jemur kemudian dirontokkan dengan thresher atau alat perontok kayu.
- Butir biji dipisahkan dari kotoran/sisa kulit polong dan dijemur kembali hingga kadar air biji mencapai 10-12 % saat disimpan
- Untuk keperluan benih, biji kedelai perlu dikeringkan lagi hingga kadar airnya 9-10 %, kemudian disimpan dalam kantong plastik tebal atau dua lapis kantong plastik tipis.