Teknologi Produksi Kacang Tanah

Teknik Budidaya

  1. Penggunaan Benih Unggul
    • Beberapa varietas unggul baru kacang tanah mempunyai berbagai karakteristik, seperti tipe Spanish (berbiji dua) dan valensia (berbiji lebih dari dua), tahan terhadap penyakit, toleran terhadap kekeringan, pH tanah yang tinggi (alkalis), dan naungan, serta toleran terhadap jamur aspergillus flavus. Varietas perlu disesuaikan dengan permintaan pasar. Varietas unggul baru dari Balitkabi seperti Jerapah, Domba.
  2. Penggunaan benih
    • Benih yang digunakan dipilih yang sehat, seragam, dan jelas asal usulnya.
    • Kebutuhan benih 150-180 kg polong kering atau 80 - 90 kg kering per hektarnya daya tumbuh sekitar 90-95 %

      Pengolahan Tanah :

      1. Tanah dibajak 2 x sedalam 15-20 cm, lalu digaru, dan diratakan, dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma.
      2. Dibuat bedengan selebar 3-4 meter, antar bedengan dibuat saluran drainase sedalam 30 cm dan lebar 20 cm.
  3. Cara Tanam
    • Penanaman dapat dilakukan dengan tugal atau alur bajak dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, satu biji/lubang.
    • Pupuk organic diberikan sebagai penutup lubang dengan 25 gram/lubang
    • Untuk tanah yang kurang subur, digunakan jarak tanam yang lebih rapat (40 cm x 10 cm)
  4. Pemupukan
    • Untuk tanah yang kandungan N-totalnya kurang dari 1 %, perlu dipupuk 50 kg Urea/ha atau 100 kg ZA/ha, yang diberikan pada saat tanam atau pada umur 7- 15 hari dengan cara tugal atau larik.
    • Bila kandungan P tersedia dalam tanah kurang dari 12 ppm, perlu diberikan 100 kg SP36 perhektar, yang diberikan pada saat tanam. Jika kandungan P tersedia lebih dari 12 ppm tidak perlu dipupuk P.
    • Pupuk K hanya diberikan jika kandungan K tersedia dalam tanah kurang dari 0,3 me/100 g. Kebutuhan pupuk KCL 35-50 kg/ha, KCL (45%) atau 25-40 kg/ha KCL (60%) pupuk KCL diberikan pada saat tanam.
    • Pada daerah yang kandungan (Ca) nya rendah perlu diberi kapur atau dolomite sekitar 300-500 kg/ha.
    • Daerah dengan tanah Alfisol alkalis (pH> 7,4) dan kandungan belerangnya rendah (kurang dari 20 ppm SO4) biasanya sering terancam klorosis (gejala kuning). Oleh karena itu perlu tambahan unsur S sebanyak 400 kg/ha melalui pemupukan ZA (kandungan S24%) atau bubuk belerang (kandungan S 85%) yang dicampur rata pada tanah sebelum tanam. Kekurangan S juga dapat diatasi dengan pemberian 2,5 ton/ha pupuk kandang, diberikan pda alur tanaman.
    • Pemulihan klorosis (gejala kuning) diatasi dengan penyemprotan larutan yang mengandung 0,5-1 % FeSO4, 0,1 % asam sitrat, 3 % ammonium sulfat (ZA), 0,2 % Urea pada umur 30, 45 dan 60 hari.
  5. Pengendalian Hama
    • Hama utama antara lain wereng Empoasca, penggerek daun Stomopteryx subscevivella, ulat jengkal Plusia chalcites, ulat grayak Spodoptera litura. Hama-hama tersebut dapat dekendalikan dengan insektisida kimia (Regent 50 EC, Decis 2.5 Ec, Meteor 25 EC, Confidon 70 WS, Marshal 200 SC), diaplikasikan berdasarkan pemantauan hama.
  6. Pengendalian Penyakit
    • Penyakit utama kacang tanah antara lain layu bakteri Raltonia solanacearum, bercak daun awal, Cercospora arachidicola, bercak daun akhir Cercospporidium personatum dan karat Puccinia arachidis dapat dikendalikan dengan fungisida kimia (Topsin, Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsane MX200 atau Daconil) , diaplikasikan pada umur 35, 45, dan 60 hari.
  7. Penyiangan gulma dan pembubungan
    • Penyiangan dilakukan sebelum tanaman berbunga dan pembentukan ginofor (polong).
  8. Pengairan

    Periode kritis tanaman adalah pada awal pertumbuhan, umur 25, 50, dan umur 75 hari. Pengairan pertama biasanya diberikan sebelum tanam atau segera setelah tanam.
    Apabila pada umur kritis tersebut terjadi kekurangan air, maka perlu pengairan yang dapat dimasukkan melalui saluran antar bedengan. Frekuensi pemberian air pada kacang tanah tergantung kondisi iklim dan tanaman.

  9. Panen
    • Panen dilakukan minimal pada saat masak fisiologis. Hal ini dapat diketahui dengan tanaman, tanaman yang siap panen ditandai dengan dalam satu tanaman 95 % kulit polongnya telah keras, berserat, bagian dalam berwarna coklat dan polong mudah pecah.
    • Pada saat panen kondisi tanah harus lembab untuk mengurangi kehilangan hasil akibat polong tertinggal dalam tanah. Jika terlambat panen, biji dapat tumbuh dilapangan.
  10. Pasca Panen
    • Setelah panen polong segera kadar air 12 % yang ditandai dengan mudah terkelupas kulit arinya. Penundaan polong basah lebih dari 24 jam, menyebabkan polong mudah terinfeksi jamur Aspergillus flavus yang menyebabkan kacang menjadi pahit, beraroma tengik dan beracun.
    • Penyimpanan sebaiknya dalam bentuk polong kering, disimpan pada gudang yang kering, sirkulasi udara lancar, tidak lembab dan bebas hama gudang